Ikhlas... Ikhlas....


Ikhlas, ikhlas, dan ikhlas....

Ini selalu jadi buah bibir orang2, selalu melantunkan ikhlas, ikhlas, dan ikhlas...

Semua orang selalu mensugesti keikhlasan kepada rekan2nya, sahabat, atau keluarga yang sedang dirundung musibah. Kehilangan sesuatu yg amat disayanginya, perginya seseorang yg dicintai, dll. Seolah-olah dengan ikhlas, seorang pria menjadi biasa saja, setelah ditinggalkan wanita yg dicintainya...?

Apa itu ikhlas, sama seperti seperti cinta. Ia bukan sikap, atau pemikiran (meski konsepnya selalu didengungkan). Ikhlas adalah rasa, feeling, akan sesuatu. Ikhlas berarti menerima tanpa membantah lagi, ikhlas berarti tetap melangkah dalam kerelaan, ikhlas berarti pasrah dalam usaha yang maksimal, karena ikhlas bukan sebuah kesimpulan yang didapat dari awal. Ikhlas adalah akumulasi...

Ya ikhlas adalah akumulasi... akumulasi dari kesemuanya. Stelah kebahagiaan, kegembiraan, kesenangan, semua engkau lalui, ketika kesedihan, kegetiran, kegagalan, dan ketidakberterimaan keadaan menghampiri. Dan engkau sudah berharap semua terhenti, bahkan waktumu sendiri. Saat merasa bahwa kau tidak bisa berbuat apa2 lagi, saat kau menjadi tak berguna sama sekali, saat kau berpikir hanya kematian jawaban yang hakiki. Ikhlas akan muncul, mungkin di akhir dari semuanya, tapi sejatinya ikhlas adalah langkah baru menuju sesuatu; harapan yang jauh lebih baik... meski itu masih kemungkinan.

Ikhlaslah... setelah kau memberikan yang terbaik yang kau bisa
Ikhlaslah... setelah kau menyayangi setulus hati
Ikhlaslah... setelah apa yang kau lalui hingga detik ini

Ikhlaslah... Ikhlaslah... sudah seberapa sering aku tdak ikhlas...?
Ketika aku tahu ada yg lebih mengertiku daripada diriku sendiri...

Seberapa sering aku tidak ikhlas...
Ketika aku tahu ada yg menyayangi dan memperhatikanku lebih dari sosokku sendiri

Seberapa sering aku tidak ikhlas?
Ketika aku tahu ada yg selalu mendoakanku dlam setiap sholatnya

Seberapa sering aku tidak ikhlas?
Ketika aku tahu ada yg setiap saat berpikir tentang diriku

Atau mungkin juga sebaliknya...
Seberapa sering ku mengaku ikhlas...
Hanya karena aku mencoba mengertinya, namun tak pernah tepat terduga?

Seberapa sering ku mengaku ikhlas...
Hanya karena perhatian yg diberikan, minim balasan?

Seberapa sering ku mengaku ikhlas
Hanya karena rasa sayangku, tak pernah terjawab untuk satu?

Seberapa sering aku tidak ikhlas... untuk semuanya...
Hanya bertanya2 dan berharap2 balas datang...
Akkkhhhh...

Padahal ikhlas adalah jawaban semuanya...
Jawaban semua pertanyaan selama ini... Ikhlas menerima perngertian orang lain thd dirimu, meski egomu melawan kuat. Ikhlas menerima rasa orang lain, meski hatimu jelas tak bisa membalas. Ikhlas menyayangi dan memberi, meski dalam jiwamu masih penuh tanda tanya, apakah ini berguna?

Karena jelas, keikhlasan bukanlah hak manusia untuk membalasnya. Ia sepenuhnya adalah hak prerogatif yang Maha Ikhlas untuk membalasnya. Dan aku hanya ingin hanya DIA yang membalas segalanya... segalanya...

"Jan,,, yang ikhlas ya Jan..."

--kamar kosan--
4 Mei 09
18:50 WIB

Comments

intani said…
ikhlas.., begitu susah untuk diterima., begitu sulit untuk, dihadirkan dalam hati..,
tapi hidup akan indah.., bila ada ikhlas dihati ini., bismillahirahmanirahim

semoga ada ikhlas dihati ini..,

Popular posts from this blog

Apa Rasanya.?

Surat untuk dia...

Hubungan Sosial di Era Digital (part 4)