Oleh-oleh Krakatoa (pt. 1)

PART 1 : TEORI BAHWA BIAWAK BERENANG DAN SEMUT TERBANG.

Berbekal kenalan singkat dengan the-trip-arranger of Krakatoa alias pengemudi kapal penumpang di Pantai Canti (perlu diketahui kalo canti adalah salah satu dermaga penyebrangan di Lampung Selatan, yang digunakan mulai dari kotak indomie, air mineral, pisang, motor, karung beras dan seisinya, dan tak terkecuali manusia untuk berpindah dari mainland di pulau Sumatera tepatnya Kalianda dan sekitarnya menuju Pulau Sebesi, Sebuku, Krakatau, Kiluan, Caringin dan Dago—oke dua tujuan terakhir adalah ide masa depan gw di mana perahu nelayan bakal dilengkapi dengan mesin propeler atau baling2 helikopter) bernama Mr. C (maaf ga nulis nama, karena takut orangnya bakalan lebih meledak dari briptu norman walaupun tentu saja tidak dengan gaya joget Chaiya2). Beliau menawarkan kita ber3 (ok utk kepesertaan kegiatan ini lengkap dengan struktur organisasi, jabatan fungsional, jobdesk kepanitiaan, bakal gw tulis dalam topik tersendiri) untuk ikut dalam trip ke Krakatau pada hari Sabtu pagi—saat kita dialog waktu itu masih menunjukkan Kamis, 19 Mei 2011, sekitar pukul 13:40 WIB.
“Wah, oke!!! Boleh juga, menarik kalo begitu” gw langsung nge-ok-in aja ide menarik yg belakangan gw ketahui bahwa kita ber3 bakal jadi penumpang gelap (baca: nebeng) dari rombongan wisatawan yang tampaknya udah penat dengan keseharian mereka di Ibukota negeri ini—well,,, utk satu dan lain alasan, gw juga termasuk dalam bagian mereka sebenarnya, kecuali sbagai bagian dari grup jalan2 itu.

Skip to the trip...
Sabtu, 21 Mei 2011,,, kapal yg ga penuh2 amat—karena rombongan dari Jakarta nya juga ga serame yg gw bayangkan, di mana kalo dibandingkan apple to apple dengan penumpang ke Tidung di satu minggu sebelumnya, kapal Mr. C bisa diisi sampe 40-50 orang di dalamnya,,, dan siap2 aja kalo lo bakal juga ngerasain apa yg dirasain Rose dan Jack dalam film Titanic,,, dengan catatan sisi dramatisnya hanya tersisa sekira 0,2 % (dengan catatan kapalnya juga sama sekali ga terbuat dari bongkahan2 papan... ;)) nyampe pukul 11.20 WIB, It’s midday then,,,, really2 midday.,,, the sun rite above us!!!
“Bang, ini kalo maen ke Puncak,,, langsung jalan aja kan?” tanya gw polos, karena gw berasumsi utk masuk dan mendaki ke anak Gunung Krakatau, harus minta ijin ke emaknya yg udah lama berpulang—husssshhhhh,,,, ga baek ngomongin orang,,, ehhh gunung yang udah meninggal... ;)
“ya langsung aja” si abang ga berpikir jauh sejauh gw berpikir tentang Emak gunung ini, karena dia memang butuh berpikir jauh dalam 3 kondisi; kalo ada pengunjung nelp pengen ngadain trip, cuaca buruk saat sedang mengemudikan kapalnya, dan kalo istrinya minta uang belanja...
Oke!!! Pukul 11.25 kita mulai mendaki,,,, dari kejauhan—saat masih di laut, anak gunung krakatau terlihat cukup menjulang—karena ketinggiannya yg emang ga tinggi2 amat, menyeramkan—hitam habisnya, panas, gersang, dan gw yakin harimau, beruang, kancil, dan sejenisnya ga ada di pulau ini, karena emang kesemuanya bukan jenis hewan yg hobbi sauna or berjemur.
Gw, erwin, and Faruk berjalan menyusuri hutan yang didominasi tumbuhan berdaun jarum (bukan mirip pinus yg ada di ketinggian lebih dari 700-1000 mdpl ya), but wait,,, inti ceritanya ada di satu titik keberangkatan kita dari pantai.
Empat panel dipasang di titik awal pemberangkatan, satu panel penjelasan akan sejarah Krakatau, satu tentang Suksesi ekosistem krakatau, dan dua lagi ga gw perhatiin, karena sedari laut tadi gw berpikir, kalo Krakatau emang habis waktu itu, dan anak Krakatau muncul dari dalam Laut, maka satu2nya jenis hewan yg mungkin ada di sini,,, hanya burung.,,,
Benar,,, satu panel yg menjelaskan sejarah krakatau, anak Krakatau muncul pada tahun 1927, tepat dari dalam laut di mana Tubuh emaknya pecah... dan awalnya Pegunungan krakatau terdiri dari tiga puncak utama, dan dalam satu letusan,,, habis 3 puncak gunung itu hingga akar2nya!!! Kebayang apa yg terjadi pda tahun 1883 itu... mmm,,, menyeramkan!!! Hihhhhh,,, saya bergidik ngeri... apa jadinya kalo waktu itu saya ada di Pulau Jawa, Bandung, Medan, atau bahkan sedang jalan2 dengan ketiga teman saya ini dan berniat pengen mendaki Krakatau... well,,,, yg terakhir hanya hayalan, karena bisa jadi kita kalo hidup di masa itu cuma jdi tiga dari ribuan buruh kebun tebu di Kawasan jawa Timur dalam masa kolonial.
Panel lain menjelaskan bahwa ekosistem di anak Krakatau baru muncul dalam 75 tahun belakangan, dan.... ga ada banyak penjelasan kenapa ada hewan yg hidup di sana. Well,,, teori saya juga belum terbukti saat itu karena saya belum melihat sebentuk hewan yg muncul di sana.
Sampai akhirnya ketika di jalan turun kembali ke pantai,,,, untuk makan siang, minta aer, dan ga sengaja ngelihat bule sedang ganti baju... ;), di satu sisi jalan,,,, ada sebentuk hewan yg tiba-tiba saya lupa namanya... mmmm,,,, kadal,,, bukan2 kegedean, komodo,,, ga ga Cuma mirip doank, dan Voila!!! Waktu SD saya diajarin bahwa hewan antara kadal yg imut2 dan komodo yang kelewat tambun adalah BIAWAK!!! Ya BIAWAK besar melintas di jalan menuju pantai.
Dan ternyata,,,, domestifikasi hewan jenis ini tampaknya sudah berlangsung cukup lama juga, karena toh ternyata dengan antengnya 2-3 ekor biawak, dengan lidahnya yg melet2 ga jelas—bagi gw,,, karena bagi mereka, pasti mereka punya alasan biologis kenapa melet2in lidah meskipun energi itu sebenarnya bisa dimanfaatkan utk hal lain yg lebih penting, cari mangsa kek, bikin rumah kek, atw cuma sekedar back up or push up biar bikin otot sayap mereka lebih kenceng ;) melintas, mendekat, kemudian berbalik pergi ke belakang, mendekat lagi, menjauh, mendekat—tampaknya utk Pulau Krakatau, karena tidak gw temukan merpati lebih cocok digunakan istilah JINAK2 BIAWAK di sini—menuju kita yang sedang makan siang di tepi pantai. Dan ternyata ketika dilemparkan makanan—ayam,  kerupuk, semangka, dan botol plastik (yg ini sebenarnya ga dimakan) dengan antusias Mr and Mrs. B makan dengan lahap. Bahkan utk beberapa momen mereka diam tak bergerak, ketika dikerubungin manusia yg memang berniat memfoto dan mengambil beberapa gambar dari hewan yg bakal ditunjukin dan diceritain ke tetangga, keluarga, atau bahkan di uplot di facebook masing-masing tanpa pernah menanyai persetujuan Mr. And or Mrs. B akan privacy mereka (manusia beruntung utk kasus ini belum ada sama sekali UU Pidana antarspesies,;)).
Mmm,,, kenapa biawak bisa ada di pulau ini, yg jarakny ke pulau sekitarnya kira-kira 20-50 menit ditempuh lewat kapal motor? Atau semut-semut dengan ukuran yg cukup besar di antara kulit-kulit kayu? Well, kalo pulau ini muncul dari dalam laut, apakah
1.     Biawak bisa hidup di air dan melanjutkan kehidupannya di darat ketika pulau muncul? Mmm,,, bisa jadi, karena emang biawak hewan yg hidup di dua alam, tapi apakah selama itu? Dari tahun 1883-1927 ia tinggal di bawah air,,, wuih,,, harusnya udah muncul ekor ama sirip donk kalo begitu ceritany.
2.     Atau biawak adalah hewan yg mampu bertahan dalam kondisi ekstrem... jadi di tahun 1883 ketika krakatau meletus, ada sisa-sisa biawak yg bertahan hidup, dalam kondisi ekstrem, dan tak lama kemudian, ketika kondisi sudah membaik mereka juga hidup normal kembali, seperti sedia kala, dan bahagia selamanya—kaya dongeng pangeran ama putri raja aja. Mereka bermigrasi lewat laut (tapi sumpah, gw ga pernah liat biawak berenang,,, kecuali Godzilla, kalo emang spesies dia dimasukkan ke dalam jenis reptile macam biawak juga sih...)
3.     Nah lho, gmana dengan semut? Apakah dia dibawa oleh burung2 yg datang ke Pulau ini,,, menyelinap di antara bulu2, ngumpet di paruh, nyelip di ekor, atau terang2n dari awal udah bilang “Sob, gw nebeng donk ke Pulau Seberang, kepadatan di sini udah melampaui ambang batas...?
4.     Atau mungkin juga semut,,, mmm... bikin jembatan panjang bak film ANTS atau ANTZ ya (gw bingung itu film apa perusahaan insurance ya....), dari satu pulau ke pulau lainnya,,, Tapi tampaknya semut-semut itu terlalu berani utk melakukannya, mengingat gelombang besar ga mungkin dilawan dengan susunan tubuh-tubuh kecil dan mungil mereka... Mmmm,,, jadi teori semut berenang sama sekali debateable.
Baiklah,,, mungkin dua teori yg mungkin adalah bahwa biawak berenang, dan semut dibawa terbang. Sounds fair enough, sambil gw cari juga sumber sejauh mana biawak bisa berenang, dan berapa banyak semut yg dibutuhkan utk menyelinap di balik bulu burung camar—kaya lagu Vina P.—untuk membentuk satu koloni baru.

Well,,, apapun teorinya
Pada dasarnya ini hanya antara Tuhan, biawak, dan semut sepenuhnya.... ;)


Sebesi, 21 Mei 2011
Fotonya saya ambil dari perjalanan rekannya rekan gw, maaf kalo sudah dicatut,,, terima kasih banyak kepada fotografer yg telah membantu gw memvisualisasikan apa yg gw tulis sekaligus menutupi kebodohan gw yg sama sekali ga bawa kamera utk momen sepanas dan sejarang ini.... hehee

Comments

Popular posts from this blog

Apa Rasanya.?

Surat untuk dia...

Hubungan Sosial di Era Digital (part 4)