Bunuh Diri... Is the Free Time of All?

Ada sebuah pemikiran lain dari apa yang kita sebut dengan bunuh diri selama ini. Jika kita lihat baik2, bunuh diri adalah sebuah perbuatan konyol, ga masuk akal, dan bahkan Tuhan pun membenci orang yg melakukannya.
Jika kita berpikir seperti biasa, bunuh diri adalah perbuatan sia-sia dan ga masuk akal... Lagian kalo tu orang masi idup bukannya dia bisa berbuat lebih baik lagi...atau menjadi seseorang yg berguna ke depannya. Dari blog seseorang yg dapat ketika ingin mengetahui ttg konsep takdir :

Kematian pun mengikuti aturan ini. Contoh pada kasus bunuh diri. Bisa jadi, orang yang melakukan bunuh diri belum saat nya mati. Bisa jadi, Allah sudah menentukan hari kematiannya di waktu yang lain. Tapi, akan menjadi berantakan segala aturan yang ada jika kemudian, misalnya, ada orang yang mencoba bunuh diri dengan minum baygon sampai ber-galon-galon, atau mencoba memegang setrum tegangan tinggi selama berjam-jam, masih hidup juga, alasannya, karena Allah belum menentukan hari kematiannya saat itu. Tidak seperti itu. Allah tidak akan sekonyol itu. Allah memang sudah menentukan saat kematian seseorang, tapi Allah pun tidak akan membiarkan aturan yang Dia buat menjadi berantakan. Karenanya, orang tersebut "harus" mati, agar aturan Allah tersebut tetap berjalan sebagaimana mestinya. Meskipun, sebetulnya, bukan saatnya dia mati. Karena itu lah, Allah melaknat orang-orang yang bunuh diri. Bayangkan, jika orang tersebut masih hidup, tentunya akan menyebabkan berbagai aturan kacau balau, ilmu pengetahuan menjadi berantakan, dan mungkin, akan ada ribuan orang yang mencoba minum baygon sebagai sarapan pagi....heu heu heu.
(http://psychoavatar.blogspot.com/2006/07/takdir-jodoh-rezeki-dan-kematian.html)

Menarik... dari apa yg sedang dibahas sang penulis. Bahwa kematian yg bukan waktunya malah menyebabkan yg namanya aturan Tuhan dilanggar... Karena Allah sudah menentukan kapan seseorang itu waktunya mati (Terlepas dari pertanyaan lantas bagaimana kekuasaan Tuhan ketika seseorang itu mati bunuh diri?).

Di mana menariknya? Justru di sini saya mendapat dua kesempatan untuk memaparkan sebuah kemenarikan dari sudut pandang yang aneh dari diri saya (sebelumnya saya akan beristighfar terlebih dahulu, karena mungkin pandangan ini adalah sebuah ekstrim yang bisa jadi membuatNya marah... Namun saya justru ingin mengatakan padaNya bahwa saat ini saya sedang dalam pencarian diriNya--terlepas jika ia teramat dekat saya yg terlalu bodoh dan lemah untuk menyadarinya).

Pertama; jika Tuhan telah menetapkan akan ketentuan mengenai kematian seseorang, mengenai waktu, penyebab, dan kronogisnya. Maka manusia akan menjalani skenario yang sudah ditetapkan tersebut. Namun jika dia menghadapi kasus yang namanya bunuh diri, maka skenario tadi dilanggar. Ekstremnya adalah... Saat takdir ditetapkan ttg kematian, maka seseorang mau tidak mau akan berjalan dalam trek/jalur menuju takdir itu. Maka pada saat ia membunuh dirinya, maka pada saat itu pula ia membuat, menyusun, dan menuju jalan lain dari trek yang sudah ditetapkan Tuhan. Dengan kata lain, bahwa dia telah membebaskan dirinya dari ketetapan Tuhan, menuju ketetapan dirinya sendiri--yg masih terikat dengan Tuhan sendiri. Jika kita lakukan dalam perhitungan matematis akan waktu dirinya merasakan kebebasan dari ketuhanan itu sendiri adalah fungsi limit f (t), di mana nilai t sendiri mendekati kepada 0 (nol), atau sama saja bahwa itu bukanlah kebebasan sama sekali.

Yg kedua, justru tidak leebih lunak (bahkan gw berpikir ini jauh lebih ekstrem). Pada komentar ini aku lebih mengamati apa yang disampaikan oleh penulis blog pada tulisan sebelumnya. Bahwa Tuhan sudah menetapkan ketentuannya dalam hukum-hukum yg dipelajari manusia. Maka ketika kita melakukan bunuh diri, maka pada saat itu juga kita melanggar hukum yg sudah ditetapkanNya. Tak sedikit pola pandang bahwa peraturan yang ada malah mengekang kehidupan. Jika pola pandang ini diterapkan pada komentar kedua di atas, maka bunuh diri adalah sebuah jalan menuju kebebasan--dalam hal ini lepas dari hukum-hukum Tuhan (ini jelas2 komentar salah...), hehehehe... Ya begitulah.

Namun lebih dari itu, sebenarnya konsep takdir, jiwa, kematian, kehidupan, dll. jauh d batas pemikiran manusia. Apa yg kuungkapkan masih jauh dan mungkin amat sangat jauh dari apa yang menjadi ilmuNya. Astaghfirullah...

Wallahu'alam...

Comments

Popular posts from this blog

Apa Rasanya.?

Surat untuk dia...

Hubungan Sosial di Era Digital (part 4)