Anak-anak dan Ruang Publik

Beberapa saat lalu... mungkin lebih tepatnya sebulan yg lalu mungkin ya (kalo ga salah inget...), dalam perjalanan menuju kampus... gw melewati jalan yg biasa di lewati, dan yg pasti kalo orang Bandung pasti tahu karakteristik kawasan Taman Sari (yg didominasi oleh kawasan kos-kosan mahasiswa), dengan kondisi yg padat, bangunan yg dibangun saling berdekatan, dan jalan yg sempit bahkan untuk dilalui kendaraan roda dua pun...

Sore itu... gw baru keluar dari kosan... Seorang anak sedang bermain sepeda di sana... Sekitar 3-4 tahunan usianya. Sepedanya melintang di tengah jalan... Dan aku sedikit berjingkat untuk melewati si pengemudi cilik tersebut. Hehehehe... sampai akhirnya bagian belakang sepedanya menghantam kaki kananku...

"Udah jangan maen di sana" teriak ibunya... "Tuh si akang kena kan..." sambungnya seraya berteriak...

Si anak pun dengan gaya cuek... membereskan sepedanya kepada posisi yg benar...

Dan aku pun geleng2 kepala melihat gaya tuh anak... Heheheheh...
Bberapa hari kemudian ketika masih keluar kosan... Masih kutemukan anak-anak yg bermain engklek (tahu ga ini maenan apa-yg pasti maenan rakyat lah)... di lorong-lorong kawasan sekitar kosanku (lebih tepatnya di pelosok Jalan Pelesiran Kota Bandung), keesokan harinya malah bermain bola mereka....

kenapa dengan anak-anak ini?
Tidak... tidak ada yg salah dengan anak-anak ini... Mereka hanya sekedar bermain saja, dan itu memang sudah menjadi kebutuhan dalam usia kanak-kanak (anak2 yg kulihat berada dalam kisaran 3-7 tahun). Lalu yg salah di mana? Yg salah adalah bahwa tidak tersedianya Ruang Publik bagi anak-anak tersebut...

Ruang Terbuka Hijau : Sarana Perkembangan Anak
Ruang terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu komponen dari ruang, baik itu dalam skala kota maupun wilayah. RTH sendiri dalam kota didefinisikan sebagai bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Makalah RTH Wilayah Perkotaan-Lab. Perencanaan Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap
Fakultas Pertanian – IPB)

Dalam pengertian lain RTH (pengertian yg diambil adalah open space) adalah a place where anyone has a right to be without being excluded because of economic or social conditions, although this may not always be the case in practice. One of the earliest examples of public spaces are commons. For example, no fees or paid tickets are required for entry, nor are the entrants discriminated based on background. Non-government-owned malls are examples of 'private space' with the appearance of being 'public space' (http://wikipedia.org)

sehingga pada dasarnya RTH merupakan kawasan yg diperuntukkan masyarakat utuk, tanpa terkecuali untuk saling berinteraksi, untuk kegiatan bersama, pengembangan komunitas, komunikasi masyarakat, dan kepentingan bersama lainnya.

Beberapa manfaat RTH sendiri bagi ekologi. Di mana setiap Ha RTH mampu untuk :
  1. Menetralisir 736.0000 liter limbah cair, hasil buangan16.355 penduduk
  2. Menghasilkan 0,6 ton oksigen, konsumsi 1500 penduduk/hari
  3. Menyimpan 900 m3 air tanah/tahun
  4. Mentransfer air 4000 liter/hari (setara pengurangan suhu 5-8 derajad Celcius; setara kemampuan lima unit AC kapasitas 2500 Kcal/20 jam)
  5. Meredam kebisingan 25-80%
  6. Mengurangi kekuatan angin sebanyak 75-80%
(sumber : Purnomohadi, 2002)

Namun kelebihan dan manfaat RTH bukan hanya terletak pada fungsi biologisnya saja... Namun dalam fungsi ekonomi, dan sosialnya sendiri. Di mana untuk fungsi sosial, RTH menjadi wadah interaksi masyarakat, rekreasi dan khususnya bagi anak-anak adalah sebagai wadah perkembangan diri dan sosial mereka.

Bagi anak-anak dalam tahap perkembangannya, membutuhkan teman dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Dengan apa yg kita hadapi sekarang, anak2 sebagai generasi Playsation, Generasi Laptop, Generasi TV, dll. Karena di kota keinginan anak2 untuk bermain lebih ditumbuhkan dari peralatan2 maya seperti di atas. Akibatnya si anak malah lebih memilih untuk sendiri dan tidak bermain bersama dengan rekan2nya.

Efek negatifnya adalah anak-anak akan menjadi anti-sosial, tidak suka berinteraksi dengan lingkungan, atau bahkan mungkin egois akut... Hehehhe (ini istilah pribadi sih). Terus bagi anak-anak yg saya ceritakan di atas... Mereka tidak punya PS, Laptop, TV juga jarang ditonton, dll. Namun mereka butuh tempat bermain, tempat berinteraksi... Di sinilah masalahnya? RTH tidak tersedia di kota ini... atau kalaupun tersedia... Jumlahnya amat minim...

RTH Kota Bandung : Apakah ini yang kita butuhkan?

Idealnya, dari yg saya pelajari, kebutuhan RTH Kota Idealnya adalah sebesar 30 % dari Luasan Kota. Namun untuk Kota Bandung sendiri, jumlahnya hanya 6,9 % (Februari 2007), dan kalaupun berkembang hingga hari ini tidak akan mungkin sampai pada angka 30 % seperti tataran idealnya.

Dengan jumlah penduduk Kota Bandung yg sudah melebihi 3 juta di Kota ini. Maka kebutuhan RTH tidak akan cukup pada angka < 10 % tersebut, belum lagi dengan kebutuhan untuk menghadapi polusi kendaraan, pabrik, dan buangan2 lainnya. Kebutuhan ini akan bertambah di akhir pekan dengan datangnya arus masuk dari ibukota negeri ini...

Maka bagi anak2... Jangankan untuk mereka, angka ideal saja sudah tidak terpenuhi, bagi masyarakat secara umum untuk RTH. Maka wajar saja mungkin di masa depan kota ini... Anak-anak akan seperti tarzan, bermain di atas-atas, tapi bukan di atas pohon... Melainkan atap-atap rumah yg semakin padat saja...

Dan jangan salahkan mereka...
Jika engkau tertabrak, menabrak, mereka yg sedang senang bermain...

Karena kita...
Memang tidak pernah memenuhi keinginan mereka...

Anak-anak negeri ini...


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Referensi :
http://bicsumsel.org/datapdf/rth/rth2.pdf


http://www.garutkab.go.id/download_files/article/Perkembangan%20Psikologi%20Anak%20Dalam%20Kehidupan%20Sosial.doc

Makalah Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wilayah Perkotaan. Lab. Perencanaan Lanskap Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor

Comments

Popular posts from this blog

Apa Rasanya.?

Surat untuk dia...

Hubungan Sosial di Era Digital (part 4)